BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan
yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya
kemungkinan terjadi keadaan yang gawat keadaan yang gawat ini dapat terjadi
apabila kehamalan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan
peristiwa yang dapat di hadapi oleh setiap dokter, karna sangat beragamnya
gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Hal yang perlu di ingat ialah,
bahwa pada setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau keterlambatan
haid yang di sertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan
ektopik terganggu.
Dalam keadaan normal kehamilan akan
terjadi intrauterine, nidasi akan terjadi pada endometrium korpus uteri. Dalam
keadaan abnormal implantasi hasil konsepsi terjadi di luar endometrium rahim,
disebut kehamilan ekstrauterin.
Kehamilan
ekstrauterin tidaklah identik dengan kehamilan ektopik, karena kehamilan pada
pars intrestisial tuba dan kehamilan pada kanalis servikalis masih terdapat
dalam rahim, nemun jelas sifatnya abnormal dan ektopik. Dalam pembicaraan
selanjutnya keduanya dimasukkan dalam kehamilan ektopik.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Sesuai dengan latar
belakang diatas dapat dirumuskan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu.
C.
TUJUAN
1. Tujuan
Umum
Dapat memberikan Asuhan
Kebidanan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
2. Tujuan
Khusus
a. Mampu
melaksanakan pengkajian, pengumpulan data dengan cara Anamesa dan observasi
b. Mampu
menegakan diagnosa mengkaji masalah dan kebutuan berdasarkan interpretasi data
yang telah dikumpulkan
c. Mampu
mengindentifikasi adanya masalah potensial
d. Mampu
mengidentifikasi perlunya tindakan segera, kolaborasi dan rujukan
e. Mampu
membuat rencana asuhan sebagai dasar untuk melaksanakan asuhan kebidanan
f. Mampu
melakukan Implementasi secara efektif dan efisien
g. Mampu
mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan
D.
MANFAAT
1. Bagi
Rumah Bersalin
Dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik
Terganggu.
2. Bagi
Institusi Pendidikan
Dapat
digunakan sebagai referensi untuk menambah wawasan khususnya dalam asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
3. Bagi
Mahasiswa
Sebagai
upaya peningkatan pengetahuan dalam memberikan asuhan yang sesuai dengan 7 langkah
Varney.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
PENGERTIAN
Kehamilan ektopik adalah
kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.
Sering disebut juga kehamilan ekstrauterin. Penyebutan ini kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks uteri (intrauterin) juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik.
Sering disebut juga kehamilan ekstrauterin. Penyebutan ini kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks uteri (intrauterin) juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik.
Menurut Taber (1994), kehamilan ektopik
adalah gestasi diluar kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan istilah yang
lebih luas daripada kehamilan ekstrauterin, karena istilah ini mencakup gestasi
pada pars interstisialis tuba, kehamila kornu (gestasi pada kornu uteri yang
rudimenter), dan kehamilan servikalis (gestasi dalam kanalis servikalis) dan
juga kehamilan abdominal, kehamilan ovarial dan kehamilan tuba.
Menurut Mansjoer (1999), kehamilan ektopik
adalah implanttasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum
uteri.
Menurut Manuaba (1998), terdapat dua
pengertian yang perlu mendapat perhatian, yaitu kehamilan ektopik adalah
kehamilan yan berimplantasi diluar endometrium normal dan kehamilan
ekstrauterin adalah kehamilan yang berimplantasi diluar uterus. Dengan
pengertian ini maka kehamilan pada pars interstitial tuba dan kehamilan pada
servikal termasuk kehamilan ekstrauterin, tetapi mempunyai sifat kehamilan ektopik
yang sangat berbahaya.
Menurut Winkjosastro (2002), kehamilan
ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar
endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan
ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis
masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
Menurut Saifuddin (2000), kehamilan
ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi diluar
endometrium kavum uteri. Sedangkan kehamilan ektopik tergangguialah kehamilan
ektopik yang mengalami abortus atau rupture apabila masa kehamilan berkembang
melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya : Tuba).
B.
ETIOLOGI
Menurut Manjoer (1999), etiologi
kehamilan ektopik antara lain :
1. Faktor
Tuba
a. Salpingitis
Perlekatan Tuba
Perlekatan Tuba
b. Kelainan
Kongenital Tuba
c. Pembedahan
sebelumnya
d. Endometriosis
e. Tumor
yang mengubah bentuk tuba
f. Kehamilan
ektopik sebelumnya
2. Kelainan
Zigot
a. Kelainan
kromosom
b. Malformasi
3.
Faktor Ovarium
a. Migrasi
luar ovum (perjalanan ovum dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya).
b. Pembesaran
Ovarium
c. Unextruded
Ovarium
d. Penggunaan
hormon eksogen (estrogen) seperti pada kontrasepsi oral.
e. Faktor
lain :
a) Aborsi
tuba
b) Pemakaian
IUD
C.
MACAM
KEHAMILAN EKTOPIK
Menurut
Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya
antara lain :
a) Kehamilan
Abdominal
Kehamilan/gestasi
yang terjadi dalam kavum peritoneum (sinonim : kehamilan intraperitoneal)
b) Kehamilan
Ampula
Kehamilan
ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus
tuba.
c) Kehamilan
Servikal
Gestasi
yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis
servikalis uteri.
d) Kehamilan
Heterotopik Kombinasi
Kehamilan
bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
e) Kehamilan
Kornu
Gestasi
yang berkembang dalam kornu uteri.
f) Kehmailan
Interstisial
Kehamilan
pada pars interstisialis tuba fallopii.
g) Kehamilan
Intraligamenter
Pertumbuhan
janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya
kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
h) Kehamilan
Ismik
Gestasi
pada pars ismikus tuba fallopii.
i)
Kehamilan Ovarial
Bentuk
yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada
permukaan ovarium.
j)
Kehamilan Tuba
Kehamilan
ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.
D.
PATOGENESIS
Menurut Manuaba (1998), dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa kemungkinan, antara lain :
Menurut Manuaba (1998), dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa kemungkinan, antara lain :
a. Hasil
konsepsi mati dini.
a) Tempatnya
tidak mungakin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil konsepsi mati secara
dini.
b) Karena
kecilnya kemungkinan di resorbsi.
b. Terjadi
Abortus.
a) Kesempatan
berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati dan lepas dalam
lumen.
b) Lepasnya
hasil kondepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen serta
bentuk timbunan darah.
c) Tuba
tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi.
c. Tuba
fallopii pecah.
a) Karena
tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah.
b) Jonjot
Villi menembus tuba, sehingga terjadi rupture yang menimbulkan timbunan darah
ke dalam ruangan abdomen.
c) Rupture
tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan untuk
melakukan implantasi menjadi kehamilan sekunder.
d) Kehamilan
abdominal dapat mencapai cukup besar.
E.
PENANGANAN
Menurut Taber (1994), penangan kehamilan ektopik antara lain :
Menurut Taber (1994), penangan kehamilan ektopik antara lain :
A.
Kehamilan
Tuba
1) Data
Subjektif
Gejala
saat ini :
-
Nyeri abdomen,terutama
nyeri pelvic unilateral maupun bilateral pada abdomen bagian bawah,pada abdomen bagian atas atau seluruh
abdomen.
Perdarahan pervaginam
atau bercak-bercak pada rahim.
-
Riwayat haid normal yang
terakhir kemungkinan yang terjadi 6 sampai 8 minggu sebelum mulai timbulnya
nyeri abdomen dan bercak perdarahan pervaginam.
Sinkope atau perubahan-perubahan ortostatik.
Sinkope atau perubahan-perubahan ortostatik.
Riwayat
penyakit dahulu :
·
Pernah mengalami
keahmilan ektopik.
·
Riwayat kontrasepsi
oral atau AKDR.
·
Riwayat operasi tuba.
2) Data
Objektif
3) Pemeriksaan
Fisik
4) Pemeriksaan
umum :
Shock Hipovolemik dan Hipotensi Ortostatik
(Postural)
Pemeriksaan Abdomen :
Pemeriksaan Abdomen :
·
Rasa sakit di kuadran
bawah unilateral.
·
Bising usus menurun.
·
Mungkin ditemukan
distensi dengan perasaan seperti adonan pada palpasi.
·
Sebelum terjadi ruptur,
temuan-temuan pada pemeriksaan abdomen biasanya normal.
Pemeriksaan
Pelvis :
·
Nyeri unilateral pada
pelvis dan rasa sakit yang terlokalisir pada suatu daerah adneksa
Tes Laboratorium :
·
Pemeriksaan darah
lengkap dengan apusan darah.
·
Urinalis normal.
·
Golongan darah dan
rhesus untuk penggantian darah jika ada indikasi.
3) Penilaian
Diagnosis
banding
·
Abortus iminens atau
abortus inkompletus dari kehamilan intrauterine. Inveksipelvis.
·
Korpus luteum persisten
dengan perdarahan intra abdominal.
·
Kista ovarium dengan
torsi atau Torsi Adneksa.
Apendisitisakut.
Apendisitisakut.
4)
Rencana
Data
diagnostic tambahan
·
Kuldosentesis
Cairan peritoneum di aspirasi dan kavum Douglasi Posterior dengan menusukkan jarum ajang No.16 atau 18 melalui torniks posterior.
Cairan peritoneum di aspirasi dan kavum Douglasi Posterior dengan menusukkan jarum ajang No.16 atau 18 melalui torniks posterior.
·
Tes kehamilan untuk HCG.
·
Laju endap darah
biasanya dalam batas-batas normal.
·
Penetapan hematokrit
secara serial.
·
Ultrasonografi : masa
adneksa, cairan dalam kavum douglasi.
·
Foto abdomen :Cairan
bebas dalam kavum peritoneum.
·
Laparoskopi.
·
Kuretase Endometrium.
Penatalaksanaan
Prinsip kerja umum :
1. Rawat inap segera.
2. Operasi segera setelah diagnostic di tegakkan.
3. Penggantian darah sebagai indikasi Hipovolemia atau anemia.
1. Rawat inap segera.
2. Operasi segera setelah diagnostic di tegakkan.
3. Penggantian darah sebagai indikasi Hipovolemia atau anemia.
Langkah-langkah
spesifik :
Tindakan preoperasi.
Keputusan operasi :
1. Kolpotomi atau Insisi Caparotomi.
2. Mereseksi atau mempertahankan tuba.
3. Reseksi kornu dengan Salpingektomi.
4. Mengangkat atau membiarkan ovarium pada sisi yang terkena.
Tindakan preoperasi.
Keputusan operasi :
1. Kolpotomi atau Insisi Caparotomi.
2. Mereseksi atau mempertahankan tuba.
3. Reseksi kornu dengan Salpingektomi.
4. Mengangkat atau membiarkan ovarium pada sisi yang terkena.
B. Kehamilan Abdominal
1) Data
Subjektif
Gejala saat ini :
· Nyeri
abdomen bagian bawah atau intermitting.
· Jika
bayinya hidup, gerakan janin akan dirasakan sangat nyeri.
· Riwayat
haid terakhir sesuai umur kehamilan. Kehamilan abdominal akan menjadi
simtomatik antara gestasi 12 dan 40 minggu.
· Nausea,
vomitus, dan diare merupakan gejala-gejala yang bervariasi.
Riwayat penyakit dahulu :
·
Riwayat spotting.
·
Perdarahan irengular.
2) Data
Objektif
Pemeriksaan Umum :
Pemeriksaan Umum :
·
Seringkali normal.
Pemeriksaan
Abdomen :
·
Abdomen lebih sakit
daripada normal.
·
Bagian-bagian janin dapat
teraba sedemikian dekat dengan dinding abdomen.
·
DJJ seringkali tidak
ada.
·
Kontraksi uterus tidak
dapat di palpasi.
·
Lengkungan uterus tidak
ada.
Pemeriksaan Pelvis :
·
Serviks sering
berpindah tempat ke anterior dan superior.
·
Serviks kaku.
·
Uterus mungkin
berpindah tempat ke atas dan di identifikasi terpisah dari janin.
3)
Penilaian
Diagnosis banding :
Kehamilan intrauterine.
Diagnosis banding :
Kehamilan intrauterine.
4)
Rencana
Data diagnostic tambahan :
Data diagnostic tambahan :
·
Ultrasonografi : kavum
uteri kosong.
·
Oxitocin Challenge
Test.
·
Adanya kontraksi uterus
menyingkirkan diagnosis kehamilan abdominal.
·
Foto abdomen.
·
Histerogram.
·
Angiografi Pelvis.
Penatalaksanaan
·
Rawat inap.
·
Laparotomi Eksplorasi.
C. Kehamilan Servikal
1) Data
Subjektif
·
Perdarahan pervaginam.
·
Demam dan menggigil.
2) Data Objektif
Pemeriksaan pelvis :
·
Serviks mengalami
distensi dan berbanding tipis dengan OUE berdilatasi sebagian.
·
Fundus uteri sedikit
membesar.
3) Penilaian
Diagnosis banding :
·
Abortus iminens.
·
Abortus Aseptik.
·
Keganasan Servikal.
·
Plasenta Previa.
4).
Rencana
Penatalaksanaan:
·
Intervensi bedah.
·
Kuret.
·
Ligasi cabang desensus
artei uterine.
·
Histerektomi.
D.
Kehamilan
Ovarial
1) Data Subjektif
1) Data Subjektif
·
Nyeri abdomen.
·
Perdarahan pervaginam.
·
Amenore.
2)
Data Objektif
Pemeriksaan abdomen dan pelvis : member kesan perdarahan intra abdominal.
Pemeriksaan abdomen dan pelvis : member kesan perdarahan intra abdominal.
3)
Penilaian
Diagnosis
banding :
·
Kehamilan tuba.
·
Perdarahan Korpus
Luteum.
·
Tumor Ovarium.
4) Rencana
·
Tes HCG.
·
Laparoskopi Diagnostik
·
Laparotomi Eksplorasi
·
Pada waktu pembedahan,
ooforektomi atau wedge resection sebagian biasanya diperlukan.
5) Tindakan Bidan
Menurut Manuaba (1998), kehamilan
ektopik terganggu merupakan masalah klinis yang memerlukan penanganan
spesialis, sehingga rujukan merupakan langkah yang sangat penting. Dengan
gambaran klinis kehamilan ektopik terganggu, kiranya bidan dapat menegakkan diagnosis
kemungkinan, sehingga sikap yang diambil adalah segera merujuk penderita ke
Puskesmas, Dokter atau langsung ke Rumah Sakit.
Ada beberapa
kemungkinan akibat hal ini :
1. kemungkinan terbentuknya jaringan mola berisi darah di dalam tuba, karena aliran darah di sekitar chorion menumpuk, menyebabkan distensi tuba, dan mengakibatkan ruptur intralumen kantung gestasi di dalam lumen tuba.
2. kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen.
3. kemungkinan reabsorpsi jaringan konsepsi oleh dinding tuba sebagai akibat pelepasan dari suplai darah tuba.
4. kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat erosi villi chorialis atau distensi berlebihan tuba – keadaan ini yang umum disebut kehamilan ektopik terganggu / kehamilan ektopik dengan ruptur tuba.
1. kemungkinan terbentuknya jaringan mola berisi darah di dalam tuba, karena aliran darah di sekitar chorion menumpuk, menyebabkan distensi tuba, dan mengakibatkan ruptur intralumen kantung gestasi di dalam lumen tuba.
2. kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen.
3. kemungkinan reabsorpsi jaringan konsepsi oleh dinding tuba sebagai akibat pelepasan dari suplai darah tuba.
4. kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat erosi villi chorialis atau distensi berlebihan tuba – keadaan ini yang umum disebut kehamilan ektopik terganggu / kehamilan ektopik dengan ruptur tuba.
F. GEJALA / TANDA
1.Ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda.
2.Akut abdomen, terutama nyeri perut kanan / kiri bawah.
3.Perdarahan per vaginam (dapat juga tidak ada).
4.Keadaan umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung beratnya
perdarahan yang terjadi.
5.Biasanya terjadi febris.
G. DIAGNOSIS
1.Anamnesis : riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan atau kiri bawah..
2.Pemeriksaan fisis : keadaan umum dan tanda
vital dapat baik sampai buruk, ada tanda akut abdomen. Saat pemeriksaan adneksa
dengan vaginal touché, ada nyeri bila porsio digerakkan (nyeri goyang porsio)
3.Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine
B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum Douglasi), USG.
4.Diagnosis pasti
hanya ditegakkan dengan laparotomi.
DIAGNOSIS
BANDING
Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya
appendisitis pada usia kehamilan muda : mungkin ada tanda kehamilan, mungkin
juga ada tanda akut abdomen – sebaliknya kehamilan ektopik terganggu belum
tentu pula disertai gejala pendarahan.
PENATALAKSANAAN KEHAMILAN EKTOPIK DENGAN RUPTUR TUBA
1. Optimalisasi keadaan
umum ibu, dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi,
diberikan juga antibiotika.
2. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera dengan laparotomi dan salpingektomi (memotong bagian tuba yang terganggu).
2. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera dengan laparotomi dan salpingektomi (memotong bagian tuba yang terganggu).
H. PROGNOSIS BAGI KEHAMILAN BERIKUTNYA
Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya
penyempitan tuba atau pasca penyakit radang panggul) bersifat bilateral.
Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu sisi,
kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang
lain.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan
yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat
bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik
terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi
oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan
atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat
mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada
istilah ekstrauterin yang sekarang masih banyak dipakai. Diantara
kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya
di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan
oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk
ke saluran telur sisi seberangnya.
Manifestasi Klinik Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET)
Gejala dan tanda kehamilan ektopik
terganggu sangat berbeda-beda, dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam
rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat
diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik
terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang
terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam
merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat
bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga
perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar
sehingga sulit untuk membuat diagnosanya .
Diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat :
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat :
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisis
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG : – Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG : – Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas
ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari
adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki
dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan
demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita
pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan
bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap
kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan
masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus,
oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan
antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin
supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.
Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
Prognosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang
lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan
untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan
ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi
lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara
0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.
BAB III
KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “C” G1P0A0
UMUR KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN KEHAMILAN PATOLOGI
DI RB BUAH HATI
No. Register : 008399
Masuk RS/RB/BPM
Tanggal/Pukul : 8 Desember 2008/10.00
WIB
Dirawat di ruang : -
I.
PENGKAJIAN DATA,
Tanggal/Pukul : 8 Desember 2008/10.00 WIB
A. Biodata Ibu Suami
1. Nama : Ny C Tn. E
2. Umur : 25 Tahun 30
Tahun
3. Agama : Islam Islam
4. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
5. Pendidikan : Perguruan Tinggi Perguruan
Tinggi
6. Pekerjaan : Dosen Dosen
7. Alamat : Perum Pemda BTP, Bantul Perum
Pemda BTP, Bantul
B. Data
Subjektif
1. Alasan
dating/dirawat
Ibu ngetakan ingin memeriksakan
kehamilannya
2. Keluhan
utama
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah
dengan mengeluarkan darah sedikit (flek) pada celan.
3. Riwayat
menstruasi
Menarche : 13 tahun Siklus : ±
28 hari
Lama : 5-7 hari Teratur : Ya
Sifat
darah : encer bercampur gumpalan Keluhan : Tidak
ada
4. Riwayat
perkawinan
Status
perkawinan: Syah Menikah ke : 1x
Lama : 1 tahun Usia
menikah pertama kali: 24tahun.
5. Riwayat
obstetric : G1P0A0Ah0
Hamil
ke
|
Persalinan
|
Nifas
|
|||||||
Tanggal
|
Umur
Kehamilan
|
Jenis
Persalinan
|
Penolong
|
Komplikasi
|
JK
|
BB
lahir
|
Laktasi
|
Komplokasi
|
|
Hamil Ini
|
12 minggu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6. Riwayat
kontrasepsi yang digunakan
No
|
Jenis
kontrasepsi
|
Pasang
|
Lepas
|
||||||
Tanggal
|
Oleh
|
Tempat
|
Keluhan
|
Tanggal
|
Oleh
|
Tempat
|
Alasan
|
||
Ibu mengatakan
belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7. Riwayat
Kehamilan Sekarang
a. HPM
: 22 September 2007 HPL : 29
Januari 2008
ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
b. Kunjungan
ANC
Trimester I
Frekuensi : 2
kali
Keluhan : Mual
muntah, nyeri perut bagian bawah
Komplikasi : Tidak
ada
Terapi : Tablet
Fe, B6
Trimester II
Frekuensi : ……….
kali
Keluhan : …………………………………………………………………
Komplikasi : …………………………………………………………………
Terapi : …………………………………………………………………
Trimester III
Frekuensi : ..............
kali
Keluhan : …………………………………………………………………
Komplikasi : …………………………………………………………………
Terapi : …………………………………………………………………
c. Imunisasi
TT
Ibu mengatakan belum pernah
mendapatkan imunisai TT
d. Pergerakan
janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan belum merasakan
pergerakan janin
8. Riwayat
kesehatan
a. Penyakit
yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
Ibu
mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular (TBC, PMS,
HIV/AIDS, Hepatitis), menurun (Asma, Hipertensi, DM), dan menahun (Jantung,
Ginjal).
b. Penyakit
yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu
mengatakan baik dari pihak keluarga ibu maupun suami tidak ada yang pernah atau
sedang menderita penyakit menular menular (TBC, PMS, HIV/AIDS, Hepatitis),
menurun (Asma, Hipertensi, DM), dan menahun (Jantung, Ginjal).
c. Riwayat
keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak mempunyai
riwayat keturunan kembar
d. Riwayat
operasi
Ibu mengatakan tidak mempunyai
riwayat operasi
e. Riwayat
alergi obat
Ibu mengatakan tidak mempunyai
riwayat alergi obat
9. Riwayat
pemenuhan kebutuhan
Sebelum hamil Saat
hamil
a. Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3x/
hari 3x/
hari
Jenis : Nasi,
Sayur, Lauk Nasi, Sayur,
Lauk
Porsi : 1
piring 1
piring
Pentangan : Tidak
ada Tidak
ada
Keluhan : Tidak
ada Tidak
ada
Minum
Frekuensi : 6
x/hari 7-8
x/hari
Jenis : Air
Putih Air
Putih
Porsi : 6
gelas 7-8
gelas
Pentangan :Tidak ada Tidak
ada
Keluhan : Tidak
ada Tidak
ada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1-2 x/hari 1
x/hari
Warna : Kuning
kecoklatan Kuning
kecoklatan
Konsistensi : Lunak Lunak
Keluhan : Tidak
ada Tidak
ada
BAK
Frekuensi : 5-6
x/hari 10-11
x/hari
Warna : Kuning
jernih Kuning
jernih
Konsistensi : Cair Cair
Keluhan : Tidak
ada Tidak
ada
c. Istirahat
Tidur
siang
Lama : 1-2
jam/hari 1-2
jam/hari
Keluhan : Tidak
ada Tidak
ada
Tidur
malam
Lama
: 7-8
jam/hari 6
jam/hari
Keluhan : Tidak
ada Tidak
ada
d. Personal
Hygiene
Mandi : 2
x/hari 2
x/hari
Ganti
pakaian : 2
x/hari 2
x/hari
Gosok
gigi : 3 x/hari 3
x/hari
Keramas : 2 x/minggu 2x/minggu
Keramas : 2 x/minggu 2x/minggu
e. Pola
seksualitas
f. Frekuensi : 2
x/minggu 1
x/minggu
Keluhan : Tidak
ada Tidak
ada
g. Pola
aktivitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)
Ibu mengatakan melakukan kegiatan
rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan menyapu
10. Kebiasaan
yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak mempunyai
kebiasaan yang mengganggu kesehatan seprti merokok, minum jamu, dan minum
minuman beralkohol
11. Data
psikososial, spiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluargam terhadap
kelahiran, dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga,perawatan
bayi, kegiatan ibadah, kehiatan social, keadaan ekonomi keluatga)
Ibu mengatakan sangat senang dengan
kehamilannya
Ibu mengatakan suami dan keluarga
sangat senang dengan kehamilannya
Ibu mengatakan hubungannya dengan
suami dan keluarga baik
Ibu mengatakan suami telah
mempersiapkan keuangan untuk persalinan
Ibu mengatakan selalu menjalankan
sholat 5 waktu
12. Pengetahuan
ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)
Ibu mengatakan kehamilan adalah
proses yang normal yang dialami setiap wanita
13. Lingkungan
yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan)
Ibu mengatakan lingkungan sekitar
rumahnya bersih dan ibu tidak mempunyai hewan peliharaan
C. Data
Objektif
1. Pemeriksaan
umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
Tanda vital :
Tekanan
darah : 110/90
mmHg Nadi : 80
x/menit LILA : 21 cm
Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 370 C
Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 370 C
BB : 47 Kg TB : 157 cm
2. Pemeriksaan
Fisik
Kepala : keriting, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok, keadaan
bersih
Wajah : Oval, tidak odema,
tidak ada cloasma gravidarum
Mata : kelopak mata: simetris, tidak ada oedema
Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, fungsi
penciuman normal
Mulut : lidah tidak terdapat stomatitis, gigi tidak ada lubang dan
caries
Telinga : keadaan bersih, bentuk simetris, tidak ada kotoran dan
pendengaran baik
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Dada : bentuk payudara simetris, nafas teratur, tidak ada benjolan
Dada : bentuk payudara simetris, nafas teratur, tidak ada benjolan
abnormal
Payudara : membesar
simetris, puting susu menonjol, colostrum belum
keluar
Abdomen : tidak
ada bekas luka operasi, perut bagian bawah sedikit
menggembung dan nyeri
tekan
Palpasi
Leopold
I : tidak teraba adanya balotemen perut bagian bawah sedikit
mengembung
dan tegang.
Leopold II : tidak
di lakukan
Leopold III : tidak
di lakukan
Leopold IV : tidak
di lakukan
Osborn
test : tidak di lakukan
Pemeriksaan
Mc. Donald
TFU : 20
Cm TBJ : (20 –
12) x 155= 1240 gram
Auskultasi
Djj : tidak terdengar denyut jantung janin
Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan
kulit
turgor
kulit baik, dapat digerakan dengan baik, tidak ada
kecacatan.
Ekstremitas
Bawah : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan
kulit baik Genetalia
luar : dilakukan pemeriksaan genetalia eksterna menggunakan
spekulum
terlihat adanya darah di kavum douglas dan
terdapat
sedikit pengeluaran darah atau flek-flek hitam
ke
coklatan
Pemeriksaan
penggul : Distantia cristarum : 27 cm
(bila
perlu) Distantia spinarum : 26 cm
Konjungtiva
external : 20 cm
Lingkar
panggul : 89 cm
3. Pemeriksaan
penunjang Tgl : 8 Desember 2008 Pukul : 09.45 WIB
HB
Protein uterus
USG
Protein uterus
USG
PP tes
4. Data
penunjang
HB : 9 gr%
Protein uterus : tidak dilakukan
USG : tidak terlihat kerangka janin dan ditemukan kantung gestasi
Protein uterus : tidak dilakukan
USG : tidak terlihat kerangka janin dan ditemukan kantung gestasi
yang terdapat di
lumen tuba.
PP tes : hasil positif
PP tes : hasil positif
II. INTERPRETASI
DATA
A. Diagnosa
kebidanan
Seorang ibu Ny
“C” umur 25 tahun G1 P0 A0 dengan umur kehamilan 12 minggu dengan Kehamilan Ektopik
Terganggu.
Data Dasar :
Data Dasar :
DS :
-
Ibu
mengatakan umurnya 25 tahun
-
Ibu
mengatakan ini kehamilan yang pertama
-
Ibu
mengatakan tidak pernah keguguran
-
Ibu
mengatakan nyeri perut bagian bawah
-
Ibu
mengatakan terjadi perdarahan sedikit
-
Ibu
menatakan HPHT 22 September 2007
DO :
-
Palpasi,
tidak teraba adanya balotemen perut bagian bawah sedikit mengembung dan tegang.
-
Auskultasi
: tidak terdengar denyut jantung janin
-
Pembesaran
uterus
-
Hasil
pemeriksaan kuldosintesis, terdapat pengeluaran darah
-
Kadar
hemoglobin turun hingga 9 gr% karena perdarahan yang banyak di rongga perut
-
Adanya
amenorea : amenorea sering ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum di
ikuti oleh perdarahan
B. Masalah
Gangguan
pemenuhan cairan dan nutrisi
Data Dasar :
DS :
-
Ibu
mengatakan takut dan cemas dengan kehamilannya
-
Ibu
mengatakan cepat lemah bila beraktivitas
-
Ibu
mengeluh dengan keluarnya darah
-
Ibu
mengeluh dengan adanya pegal-pegal
-
Ibu
mengalami perdarahan di perut bagian bawah
DO :
-
Ibu
terlihat tampak lemah
-
Ibu
terlihat tampak pucat
-
Ibu
kurang dan makan dan minum atau tidak nafsu
-
Ibu
mengalami pengeluaran darah sedikit-sedikit tapi berlangsung continues
III. IDENTIFIKASI
DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
a.
Abortus
iminens : terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan.
b.
Abortus
inkomplit : perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi
telah di luar kavum uteri melalui kanalis servikalis.
c.
Rupture
tuba : robekan yang terjadi pada tuba
IV. TINDAKAN
SEGERA
A. Mandiri
Tidak ada
B. Kolaborasi
Tidak ada
C. Merujuk
Rujuk dengan
kolaborasi dokter.
V. PERENCANAAN Tanggal : 8 Desember 2008 Pukul
: 10.05 WIB
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang
kondisi ibu saat ini
a. Menjelaskan kondisi ibu
b. Jelaskan tentang kehamilan ibu saat ini
c. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
a. Menjelaskan kondisi ibu
b. Jelaskan tentang kehamilan ibu saat ini
c. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
2. Berikan konseling pada ibu saat ini
a. Anjurkan ibu untuk segera rujuk
b. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan laparatomi
a. Anjurkan ibu untuk segera rujuk
b. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan laparatomi
3. Anjurkan ibu untuk istirahat
a. Beritahu ibu untuk istirahat cukup
b. Beritahu ibu untuk makan secara rutin
a. Beritahu ibu untuk istirahat cukup
b. Beritahu ibu untuk makan secara rutin
4. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
gizi
a. Memberitahu ibu untuk makan-makanan yang bergizi
b. Memberitahu ibu untuk makan secara rutin
a. Memberitahu ibu untuk makan-makanan yang bergizi
b. Memberitahu ibu untuk makan secara rutin
5. Berikan konseling untuk pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi produksi
b. Resiko hamil ektopik ulangan
c. Kontrasepsi yang sesuai
a. Kelanjutan fungsi produksi
b. Resiko hamil ektopik ulangan
c. Kontrasepsi yang sesuai
VI. PELAKSANAAN Tanggal : 08 Desember 2008 Pukul : 10.05
WIB
1. Menjelaskan pada dan keluarga tentang
kondisi ibu saat ini, bahwa ketika dilakukan pemeriksaan Leopold uterus teraba
bulat lebar tetapi tidak teraba balotemen. Tinggi fundus 20 cm kemudian pada
saat USG ternyata kehamilan berimplantasi dan tumbuh di luar rahim yaitu di
tuba.
Jelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu
ini adalah kehamilan di luar rahim, janin tumbuh di tuba kehamilan ini biasanya
tidak bertahan berakhir dengan abortus.
Anjurkan untuk keluarga, agar selalu memberi dukungan pada kehamilan ibu.
Anjurkan untuk keluarga, agar selalu memberi dukungan pada kehamilan ibu.
2.
Ibu
segera memeriksakan kehamilannya lebih lanjut ke dokter spesialis kandungan
agar ibu dan keluarga lebih jelas dengan tindakan lebih lanjut untuk
kehamilannya
Beritahu ibu tentang tindakan laparatomi yaitu pembedahan di bagian perut dan segera lakukan tindakan laparatomi di rumah sakit oleh dokter untuk menghilangkan sumber perdarahan.
Beritahu ibu tentang tindakan laparatomi yaitu pembedahan di bagian perut dan segera lakukan tindakan laparatomi di rumah sakit oleh dokter untuk menghilangkan sumber perdarahan.
3.
Menganjurkan
ibu untuk istirahat.
Istirahat tidur 8-9 jam / hari
Melarang ibu untuk melakukan aktivitas
yang berat karena dapat terjadi perdarahan yang berat.
4.
Jelaskan
pada ibu tentang makan-makanan yang banyak mengandung gizi yaitu makanan yang
mengandung protein, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral. Misalnya makanan
sehari-hari; nasi, sayur, buah-buahan. Sayur misalnya; wortel, tomat, bayam,
katu. Lauk misal; tempe, tahu, telur, hati, daging. Buah misalnya; jeruk, apel,
melon, pepaya, dan di tambah minum susu.
Beritahu ibu agar makan teratur 3x
sehari, dan minum 7-8 gelas / hari
5. Jelaskan pada ibu tentang kelanjutan
fungsi reproduksinya kelenjar fungsi reproduksi ibu hanya 60% dari wanita yang
pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi
lebih tinggi.
Menjelaskan pada ibu tentang resiko
kehamilan yang berulang itu dilaporkan berkisar antara 0-14,6% kemungkinan
melahirkan bayi cukup bulan adalah 50%.
Memberitahu tentang kontrasepsi yang
baik digunakan yaitu dengan menggunakan kondom atau dengan KB kalender.
VII.EVALUASI Tanggal : 08 Desember 2008
Pukul : 10.05 WIB
1. Ibu mengerti tentang keadaannya saat ini
2. Ibu mengatakan cukup istirahat
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter
4. Ibu dilakukan tindakan laparatomi oleh
dokter di rumah sakit.
5.
Ibu
mengatakan nyeri pada perut hilang
6. Ibu mengerti tentang resiko kehamilan
ulang
7. Ibu tahu alat kontrasepsi yang baik
digunakan
8. Cemas ibu sudah berkurang
BAB IV
PEMBAHASAN
Penyebab
kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak di
ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba
dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami hambatan sehingga pada saat
nidasi masaih di tuba.
Menurut
Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976):
Di antara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan implantasi di tuba:
a. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk trofoblast sebelum telur ada cavum uteri.
b. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
d. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum ke uterus lambat.
e. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang dsb.
f. Gangguan fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
g. Abortus buatan.
Di antara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan implantasi di tuba:
a. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk trofoblast sebelum telur ada cavum uteri.
b. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
d. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum ke uterus lambat.
e. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang dsb.
f. Gangguan fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
g. Abortus buatan.
Proses
implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada
yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya
telur mati secara dini dan kemudian di resorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba
terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil
konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian
besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu :
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
Gejala
dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda: Dari perdarahan banyak yang
tiba-tiba dalam ronga perut sampai terdapat nya gejala yang tidak jelas,
sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya
kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan ektopik
terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum
hamil.
Kesukaran
membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik, gejala-gejala kehamilan
ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan
kesukaran yang terpenting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah
supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan
kehamilanini.
Pemeriksaan untuk membantu
diagnosis:
a. Tes kehamilan
Apabila tes nya positip, itu dapat membantu diagnosis.
b. Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat: pada perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
c. Anamnesis
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.
d. Pemeriksaan ginekologi
Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam rongga perut.
f. Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
g. Pemeriksaan ultra sonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pastinya ialah apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung janin.
h. Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic terahir untuk kehamilan ektopik.
a. Tes kehamilan
Apabila tes nya positip, itu dapat membantu diagnosis.
b. Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat: pada perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
c. Anamnesis
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.
d. Pemeriksaan ginekologi
Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam rongga perut.
f. Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
g. Pemeriksaan ultra sonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pastinya ialah apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung janin.
h. Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic terahir untuk kehamilan ektopik.
Gejala yang has dari kehamilan ektopik
terganggu ialah seorang wanita yang sudah terlambat haid nya, sekonyong-konyong
nyeri perut kadang-kadang jelas lebih nyeri sebelah kiri atau sebelah kanan.
Selanjutnya pasien pening dan kadang-kadang pingsan sering keluar darah
pervaginam.
Gejala-Gejala Yang Terpenting:
a. Nyeri perut: nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri datang setelah mengangkat benda yang berat. Buang air besar namun kadang-kadang bisa juga pada waktu sedang istirahat.
b. Adanya AMENOREA: amenorea sering di temukan walaupun hanya pendek saja sebelum di ikuti oleh perdarahan.
c. PERDARAHAN: perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
d. Shock karena hypovoluemia.
e. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma)
f. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.
g. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
h. Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
i. Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut.
Gejala-Gejala Yang Terpenting:
a. Nyeri perut: nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri datang setelah mengangkat benda yang berat. Buang air besar namun kadang-kadang bisa juga pada waktu sedang istirahat.
b. Adanya AMENOREA: amenorea sering di temukan walaupun hanya pendek saja sebelum di ikuti oleh perdarahan.
c. PERDARAHAN: perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
d. Shock karena hypovoluemia.
e. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma)
f. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.
g. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
h. Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
i. Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut.
Diagnosis Banding
a. Abortus imminens
b. Penyakit radang panggul (akut / kronik)
c. Torsi kista ovaril
a. Abortus imminens
b. Penyakit radang panggul (akut / kronik)
c. Torsi kista ovaril
Penatalaksanaan Atau Penanganan
a. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat.
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
d. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini :
a. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat.
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
d. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini :
1. Pastikan darah yang dihisap dari rongga
obdomen telah melalui alat pengisap dan wadah penampung yang steril
2.
Saring
darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam kantung darah
(blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas
cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium
sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
3. Transfusikan darah melalui selang
transfusi yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan.
Tindakan dapat berupa :
1. Parsial salpingektomi yaitu melakukan
eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi.
2. Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai
upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada)
yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan
reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang
kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
Mengingat kehamilan ektopik berkaitan
dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi
maka sebaiknya pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan
spektrum yang luas.
Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
1) Ketoprofen 100 mg supositoria.
2) Tramadol 200 mg IV.
3) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
1) Ketoprofen 100 mg supositoria.
2) Tramadol 200 mg IV.
3) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
Konseling pasca tindakan
1. Kelanjutan fungsi reproduksi.
2. Resiko hamil ektopik ulangan.
3. Kontrasepsi yang sesuai.
4. Asuhan mandiri selama dirumah.
5. Jadwal kunjungan ulang.
6.
Komplikasi
Potensial
Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi skunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.
Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi skunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.
Kematian
karena kehamilan ektopik terganggu cenderung dengan diagnosis dini dan
persediaan darah yang cukup, Hellman dkk, (1971) 1 kematian diantara 826 kasus,
dan Willson dkk. (1971) 1 antara 591. Tetapi bila pertolongan terlambat angka
kematian dapat tinggi, Sjahid dan Martohoesodo (1970) Mendapat angka kematian 2
dari 120 kasus, Sedangkan Tarjamin dkk (1973) 4 dari 138 kehamilan ektopik.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehamilan
ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan
berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat keadaan yang
gawat ini dapat terjadi apabila kehamalan ektopik terganggu. macam-macam kehamilan
ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
A.
Kehamilan Abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam
kavum peritoneum (sinonim : kehamilan intraperitoneal)
B. Kehamilan
Ampula
Kehamilan ektopik pada pars ampularis
tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
C. Kehamilan
Servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum yang
telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis servikalis uteri.
D. Kehamilan
Heterotopik Kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan
ekstrauterin.
E. Kehamilan
Kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu
uteri.
F. Kehmailan
Interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba
fallopii.
G. Kehamilan
Intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta diantara
lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari
tuba fallopii.
H. Kehamilan
Ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
I. Kehamilan
Ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan
ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan ovarium.
J. Kehamilan
Tuba
Kehamilan ektopik pada setiap bagian
dari tuba fallopii.
B.
SARAN
1. Mahasiswi diharapkan untuk mengetahui bagaimana
kehamilan ektopik.
2. Mahasiswi diharapkan untuk bisa mengatasi permasalahan
pada kehamilan ektopik.
3. Jika menemukan kasus kehamilan ektopik sebaiknya
dilakukan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.
Gary, M.D.: Obstetri Williams E/18. Jakarta, EGC, 1995.
Prawirohardjo,
Sarwono, 1989, Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono, 1976, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Binapustaka.
Sujiyati,dkk,2009, Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta:Nuhamedika
Supriyadi Teddy,2005, Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Prawirohardjo, Sarwono, 1976, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Binapustaka.
Sujiyati,dkk,2009, Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta:Nuhamedika
Supriyadi Teddy,2005, Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar